Tidak Cukup Hanya Tauhid Rububiyyah

Ikhwatifillah -semoga Allahu ta'ala memberikan kepahaman tentang tauhid didalam diri kita dengan sebenar-benarnya-

Pada kesempatan kali ini kita berusaha akan menjelaskan tentang tauhid rububiyyah biidznillahi ta'ala.
Telah berlalu penjelasan secara bahasa maupun istilah tentang makna tauhid, maka selanjutnya kita akan menerangkan makna kata rububiyyah.

Ikhwatifillah..,

Ketahuilah, bahwa maksud dari kata rububiyyah secara bahasa adalah penisbatan beberapa perbuatan tertentu kepada nama Allah 'Ar-Rabb'. Karena kata ''Ar-Rabb" itu sendiri, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Imam Ibnu Manzhur rahimahullah dalam lisaanul 'araab :


المالك، والسيد، والمدبِّر، والمربي، والقيِّم، والمنعم

Yang memiliki, yang menguasai, yang mengatur, yang membimbing, yang menjaga, yang memberi nikmat.

Dari definisi secara bahasa diatas menunjukkan bahwa kata rububiyyah berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang dinisbatkan kepada kata Rabb.
Sehingga ulama ahlussunnah mendefiniskan makna tauhid rububiyyah secara istilah yakni:

إفراد الله تعالى بأفعاله كالخلق والملك والتدبير والإحياء و الإماتة ، ونحو ذلك

Mengesakan Allah ta'ala didalam segala perbuatannya seperti dalam hal mencipta, memiliki, mengatur, menghidupkan, mematikan dan lainnya.

Diantara beberapa dalil yang menunjukkan hal ini adalah:

1. Firman Allahu tabaraka wa ta'aala dalam surat Al A'raf: 54

أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ

Ingatlah menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah Rabb semesta alam.

2. Firman Allahu tabaraka wa ta'ala dalam surat Ghaafir: 16


يَوْمَ هُم بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِّمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ


Yaitu hari  ketika mereka keluar dari kubur, tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. Lalu Allah berfirman: "Milik siapakah kerajaan pada hari ini?" Milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.

3. Firman Allahu tabaraka wa ta'aala dalam surat Yunus: 31

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"

Jika kita sudah mengetahui definisi secara bahasa maupun istilah serta dalil-dalilnya, maka ketahuilah seseorang yang meyakini  didalam hatinya bahwa ada diantara makhluq yang mampu melakukan perbuatan  yang sebenarnya adalah kekhususan bagi Allah seperti mencipta, menguasai dan mengatur alam atau memberi rezeki, berarti dia telah ingkar akan sifat rububiyyah Allah, dan ini syirik akbar hukumnya kafir keluar dari islam, dengan catatan pelakunya sudah terpenuhi syarat untuk dikafirkan dan tidak ada penghalangnya.
Hal ini karena Allah berfirman  dalam surat Fathir: 36-37

وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ  ٣٦ 

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ ٣٧

Yang artinya, “Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak pula diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami niscaya Kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan apakah tidak datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah azab Kami dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.”

Adapun orang yang tidak mengingkari tauhid ini alias bertauhid dalam rububiyyah maka janganlah merasa aman terlebih dahulu, kenapa?
Tidak lain karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tetap memerangi walaupun orang  tersebut mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, satu-satunya yang memberi rezeki, satu-satunya yang mengatur atau yang lainnya dari perbuatan Allah, kecuali sampai mereka mau mentauhidkan Allah ta'ala dalam hal ibadah mereka,  hal ini sebagaimana diperanginya  orang-orang musyrikin pada zaman beliau shallallahu 'alaihi wasallam padahal mereka mengetahui bahwa hanya Allah sajalah satu-satunya yang menciptakan, satu-satunya yang memberi rezeki, satu-satunya yang menghidupkan dan mematikan, satu-satunya yang mengatur dan lainnya.

Telah berlalu satu dalil dari Al-Quran yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrikin pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengetahui bahwa Allah satu-satunya yang menciptakan, satu-satunya yang memberi rezeki, satu-satunya yang menghidupkan dan mematikan, satu-satunya yang mengatur, namun untuk menguatkan lagi, perhatikanlah lagi firman Allah dalam surah Yunus: 31

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Katakanlah (wahai Muhammad): “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka (orang-orang musyrik) akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: “Mengapa kalian tidak bertakwa kepada-Nya?"

Bahkan Allah menjelaskan dalam banyak ayat akan pengetahuan mereka tentang rububiyah Allah. Coba perhatikanlah jawaban orang-orang musyrikin  pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana  Allah berfirman dalam surat Al 'Ankabut: 61

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُون

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan siapa yang menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka bagaimana mungkin mereka dapat dipalingkan dari kebenaran?

Firman Allah surat Al 'Ankabut: 63

 وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأَرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْقِلُونَ

Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan air itu menghidupkan bumi yang sudah mati?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji  hanya bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahaminya.

Firman Allah surat Adz-Dzukhruf: 87


 وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُون َ

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dari beribadah kepada Allah?

Faidah dalam ayat diatas bahwa Allah menginginkan atas hambanya, apabila kita sudah tahu bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, satu-satunya yang memberi rezeki, satu-satunya yang menghidupkan dan mematikan, tentu mengharuskan bagi kita kepada beribadah kepada Allah bukannya kepada manusia, jin, malaikat, nabi, matahari, bulan, bintang, api atau makhluk lainnya.

Ikhwatifillah..
Pengakuan orang-orang musyrikin dahulu akan rububiyyah Allah menjadi sia-sia diakibatkan karena mereka tidak sanggup meninggalkan sesembahan mereka baik dari kalangan malaikat, nabi, orang-orang shalih, batu-batuan, matahari, dan lainnya. Sehingga karena kesombongan mereka itulah menjadikan enggan untuk mengucapkan kalimat Laa ilaaha Illallah, sebagaimana dikisahkan dalam firman Allah dalam surat as-Shaffat 35-36:

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ. وَيَقولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: " Laa ilaaha illallah " (Tiada sesembahan yang berhaq disembah dengan benar kecuali Allah ) lantas mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila? ".

 Dan sebab merasa berat hati atas konsekuensi kalimat Laa ilaaha Illallah, membuat mereka enggan untuk mengucapkan kalimat syahadat laa ilaaha illallah, sebagaimana  perkataan mereka pada ayat diatas:
 "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila? ".
Apa Faidah yang didapatkan dari jawaban mereka orang-orang musyrikin? Maka ketahuilah bahwa mereka itu mengetahui konsekuensi akan kalimat Laa ilaaha Illallah yakni harus meninggalkan seluruh sembahan kemudian  hanya beribadah kepada Allah saja. Bukti lanjut bahwa mereka tahu konsekuensi kalimat Laa ilaaha Illallah, adalah ungkapan mereka sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran surat Shad: 5


أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهاً وَاحِداً إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

Mengapa ia (Muhamad) ingin menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang mengherankan. 

Begitulah ironisnya dimana kaum muslimin semuanya mengucapkan Laa ilaaha illallah namun kebanyakan tidak mengetahui konsekuensinya, padahal orang musyrikin pada zaman dahulu mengetahuinya.

Ikhwatifillah.. 

Ingatlah bahwa "Bendera perang" dilontarkan  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  atas orang-orang yang masih berbuat syirik sebagaimana sabda beliau:

أمرت أن أقاتل الناس حتى ‏ ‏يشهدوا ‏ ‏أن لا إله إلا الله وأن ‏ ‏محمدا ‏ ‏رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة فإذا فعلوا ذلك ‏ ‏عصموا ‏ ‏مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله

Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan  Muhammad adalah utusan Allah, dan jugasampai mereka menegakkkan sholat, menunaikan zakat. Maka jika mereka telah melakukan demikian maka terjamin olehku akan darah dan harta mereka kecuali ada hak islam (yang membuat aku memerangi mereka) dan kelak hisab mereka disisi Allah.
Hadits riwayat Imam Bukhari dari jalan shahabat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu

Kalaulah kesombongan dan merasa berat hati dalam menerima dan menjalankan konsekuensi kalimat Laa ilaaha illallah  yang telah diketahui orang-orang musyrikin, telah membuat mereka diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lantas bagaimana nasib sebagian besar kaum muslimin sekiranya beliau hidup pada zaman sekarang yang banyak mengucapkan Laa ilaaha illallah tanpa mengetahui konsekuensinya  dimana perbuatan syirik mereka anggap sebagai ibadah dan dengan kesombongan mereka tidak mau menerima  nasehat bahkan menuduh orang yang menasehati dengan gelaran-gelaran buruk?!

Ikhwatifillah..

Maka perhatikanlah fenomena kaum muslimin dimasyarakat kita, mereka semua bersyahadat Laa Ilaaha Illah, mereka semua tahu bahwa Allah adalah satu-satunya satu-satunya pencipta, satu-satunya yang memberi rezeki, satu-satunya yang mengatur, satu-satunya yang menghidupkan dan mematikan. Tapi dibalik itu semua mereka persembahkan sebagian ibadah mereka kepada penghuni kubur seperti berdoa meminta-minta kepada mereka yang  telah mati, apakah itu yang dianggap wali, habib, kyai, syaikh ataupun yang sejenisnya.  Menandakan mereka belum mengetahui apa konsekuensi dari syahadat yang mereka ucapkan, bahkan parahnya mereka anggap sebagai pendekatan diri kepada Allah. yaa,, subhanallah

Kalaulah mereka mereka ditanya apakah berdoa itu adalah ibadah? tentu mereka sepakat menjawab iya, lantas kenapa mereka berdoa meminta-minta kepada penghuni kubur??? Cukuplah jawaban Nabi Nuh 'alaihissalam kepada penentang dakwah beliau sebagaimana dikisahkan dalam AlQuran surat Hud: 29:

وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ 

“ … akan tetapi aku memandang kalian sebagai kaum yang bodoh.” 

Tidak mengertikah apa yang sering kita baca dalam sholat lima waktu akan firman Allah ta'ala:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepadamu saja kami beribadah dan memohon pertolongan.
Al-Fatihah: 5

Kemudian atas dasar apa mereka menyangka bahwa kuburan adalah tempat ibadah sehingga  melakukan banyak ritual ibadah dikuburan-kuburan tertentu, padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan tegas dalam hadits yang shohih, beliau berdoa kepada Allah sebagaimana sabdanya:

اللهم لا تجعل قبري وثنا يعبد اشتدّ غضب الله على قوم اتّخذوا قبور أنبيائهم مساجد

Ya Allah.. Janganlah engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang diibadahi. Allah sangat murka sekali kepada orang-orang yang menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.
Hadits riwayat Imam Bukhari

Kalaulah Rasululullah shallallahu 'alaihi wasallam saja meminta kepada Allah agar kuburannya tidak dijadikan sebagai tempat ibadah, lantas kenapa sebagian dari kaum muslimin kita yang mengaku-ngaku cinta nabi,  berbondong-bondong secara tur dari satu makam ke makam lainnya yang diniatkan dalam rangka ibadah???

Kalaulah Allah ta'ala sangat murka sekali kepada orang-orang yang menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah, maka bagaimana nasib kaum muslimin sekarang yang mereka menjadikan kubur-kubur yang bukan nabi sebagai tempat ibadah???

Mengapa mereka melakukan semua ini??? Dimanakah akal bagi orang-orang yang berakal???
Tidak cukupkah untuk merasa malu dengan  sindiran Nabi Ibrahim 'alaihissalaam atas kaumnya yang mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita semua pada zaman sekarang, sebagaimana difirmankan oleh Allah ta'ala:


قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لاَ يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلاَ يَضُرُّكُمْ  ٦٦

أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ  ٦٧

Ibrahim berkata: “Maka mengapakah kalian beribadah kepada selain Allah yang tidak dapat memberi manfaat  dan tidak pula memberi mudharat sedikit pun kepada kalian. Ah celakalah kalian dan apa yang kalian ibadahi selain Allah itu. Maka apakah kalian tidak berakal?” 
 Al Anbiya’: 66-67

Wahai orang yang memiliki akal, dari firman Allah diatas apakah engkau berani menganggap orang-orang yang telah mati baik itu orang shalih atau apalagi orang yang fasiq dapat memberi manfaat atau bahaya kepada kita yang masih hidup??? Kalau engkau menjawab dengan benar dan yakin, maka tinggalkanlah perbuatan meminta-minta kepada penghuni kubur.

Namun kalau engkau masih ragu bahwa orang yang sudah mati tidak bisa memberi manfaat maupun bahaya, maka bersihkanlah akalmu dari syubhat-syubhat film hantu gentayangan atau cerita-cerita sakti padahal khurafat, kemudian resapilah firman Allah ta'ala:

قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلا ضَرّاً إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ

“Katakanlah (wahai Muhammad) : Aku tidak berkuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat atas diriku kecuali yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentunya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan..” 
Al-A’raf: 188

Kalaulah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam  saja pada masa hidupnya disuruh Allah untuk mengatakan  "Aku tidak berkuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudharat atas diriku kecuali yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentunya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan..” 
 Maka bagaimana mungkin masuk diakal selain beliau ada yang bisa mendatangkan manfaat dan menolak mudhorat dan ada yang mengetahui perkara ghaib dari kalangan makhluq?! Bahkan yang diminta -minta itu sudah mati menjadi mayat dan sangat parahnya kalau yang diminta-minta itu adalah binatang yang kotorannya diperebutkan ??? Allahu Akbar.


Semoga ayat diatas sebagai petir yang menyambar syubhat-syubhat para penyembah kubur dan membuat mereka untuk berpikir agar mereka bisa kembali beribadah lillahi ta'ala. Karena alangkah jeleknya orang yang memiliki akal namun tidak mau mempergunakannya, sehingga Allah banyak menyindir orang-orang yang demikian berulang-ulang dalam ayatNya bahkan sampai 13 ayat yang serupa, dengan lafadz:

  أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
Maka apakah kalian tidak berakal?
 Al-Baqarah: 44 dan 75, Ali-imran: 76, Al-An'am: 32, Al-A'raf: 169, Yunus: 16, Hud: 51 Yusuf: 109, Al-Anbiya: 10 dan 67, Al Mu'minun: 80, Al Qashash: 60, Ash-Shaffat: 138

Ikhwatifillah..

Kesimpulan dari pembahasan ini bahwa pengetahuan kita bahwa Allah ta'ala satu-satunya yang menciptakan, satu-satunya yang memberi rezeki, satu-satunya yang mengatur alam, satu-satunya yang menghidupkan, satu-satunya yang mematikan dan seterusnya, adalah pengetahuan yang telah diketahui terlebih dahulu oleh kaum musyrikin pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sehingga ini belum terbedakan antara aqidah tauhid orang muslim dengan orang-orang musyrik.
Lantas dimana terbedakannya, jawabannya adalah dalam hal tauhid uluhiyyah, yang insyaAllah kita akan bahas pada kesempatan selanjutnya, insyaAllahu ta'ala.

Wallahu a'lamu bishshowab

Jogja, 23 Rajab 1431 Hijriyyah

Al Faqir Ilallah Aboe Tsabit Herry Septiady Bin Hatok Al Batamy

Related

Tauhid 8896166652324353115

Posting Komentar

Popular

Comments

"Bagaimana mungkin kita bisa mencintai Allah, sementara dalam keadaan kita tidak mengenal Nama-namaNya, sifat-sifatNya, tidak tahu keberadaannya, tidak tahu apa yang Dia benci dan tidak tahu apa yang Dia sukai..."
item